SUKABANTEN.com – Menunda saat sarapan telah menjadi topik hangat dalam wacana kesehatan akhir-akhir ini. Beberapa studi baru menyarankan bahwa menunda saat sarapan dapat membantu menurunkan lonjakan gula darah di pagi hari. Studi-studi ini telah menimbulkan banyak diskusi, bagus di kalangan profesional medis maupun di masyarakat generik. Topik ini tidak hanya relevan bagi penderita diabetes namun juga bagi mereka yang sadar kesehatan dan berusaha menjaga keseimbangan gula darah mereka. Dua artikel terbaru dari media kesehatan terkemuka memberikan wawasan yang berbeda tentang topik ini.
Studi Tentang Menunda Sarapan
Artikel pertama yang diulas dari detikHealth menggambarkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa menunda ketika makan pagi dapat berguna dalam mengelola kadar gula darah. Studi ini mengungkapkan bahwa dengan memperpanjang ketika puasa semalaman, tubuh mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan proses metabolisme sebelumnya sebelum memasukkan makanan baru ke dalam sistem. Hal ini dapat mengurangi lonjakan gula darah yang sering terjadi segera setelah makan. Menurut seorang peneliti dalam studi tersebut, “Dengan menunda sarapan, tubuh dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang pada gilirannya membantu meng kontrol lonjakan gula darah.”
Artikel dari Jawa Pos juga mengulas manfaat menunda sarapan dengan lebih menekankan pada bagaimana hal ini dapat membantu orang tetap berenergi dan produktif sepanjang hari. Mereka mengutip beberapa peneliti yang menekankan bahwa walau tidak semua manusia setuju dengan praktik ini, eksis bukti ilmiah bahwa kontrol gula darah yang lebih bagus mempunyai efek positif terhadap tingkat daya dan produktivitas. Meski banyak yang masih meragukan praktik ini, beberapa profesional medis mulai merekomendasikan teknik ini sebagai porsi dari manajemen diabetes yang efektif.
Pro dan Kontra Praktik Menunda Sarapan
Namun, tak seluruh pakar setuju dengan gagasan menunda sarapan. Artikel dari Kompas.com mencatat bahwa ada potensi risiko terkait dengan melewatkan makanan, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan energi tinggi atau yang berjuang dengan kebiasaan makan yang tak teratur. Seorang pakar gizi dalam artikel ini memperingatkan, “Melewatkan sarapan dapat menyebabkan penurunan kadar energi dan dapat mendorong makan berlebihan di kemudian hari.” Krusial untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda, dan apa yang bekerja untuk satu manusia mungkin tak sesuai buat manusia lain.
Radar Kudus juga menyoroti hasil studi yang menemukan bahwa meskipun menunda sarapan dapat berguna bagi beberapa individu, orang lain bisa mengalami penurunan fungsi metabolisme, terutama kalau dilakukan tanpa pengawasan atau penyesuaian diet yang pas. “Kita harus waspada terhadap dampak samping dari perubahan kebiasaan makan yang tidak disertai pedoman yang tepat,” ujar salah satu peneliti dalam studi tersebut.
Secara keseluruhan, topik menunda sarapan ini tetap dalam tahap penelitian yang aktif dan penuh dengan nuansa, dan banyak tergantung pada situasi individu dan kondisi kesehatan masing-masing. Adalah bijaksana untuk berkonsultasi dengan dokter atau pakar gizi sebelum melakukan perubahan signifikan dalam norma makan, buat memastikan bahwa hal tersebut selaras dengan kebutuhan kesehatan pribadi. Apa pun keputusannya, jernih bahwa perhatian terhadap pola makan dan ketika makan adalah komponen krusial dari gaya hayati sehat.